25.10.14

Kurikulum 2013 Berkarakter

Kurikulum 2013 Berkarakter

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berjalan selama lebih kurang6 tahun. Kurikulum ini di sebut banyak orang sebagai K-13. K-13 masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, K-13 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. K-13 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek ketrampilan, aspek pengetahuan, dan perilaku dan aspek sikap. Dalam K-13, terutama di dalam materi pembelajaran memiliki materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan dapat pada materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran dengan standar Internasional sehingga pemerintah memiliki harapan dapat menyeimbangkan pendidikan dalam negeri dengan  luar negeri.

/span>

24.10.14

Ayo Ikut Jalan Sehat Muharam 1436 H di Masjid Mujahidin

Warga klampok punya gawe. Minggu, 26 Oktober 2014 akan diadakan jalan sehat yang berpusat di pelataran megah masjid Mujahidin jalan Sulawesi  lingkungan 1. Kegiatan ini diadakan oleh takmir masjid Mujahidin bekerjasama dengan KIM Kentongan sebagai penanggung jawab dalam menyebarkan informasi baik melalui selebaran maupun sms gateway. Start jalan sehat tersebut direncanakan pukul 06.00. dengan start dan finish di pelataran masjid Mujahidin.

/span>

Walikota Blitar : "..RAKYAT SAYA TIDAK BOLEH BODOH.."


/span>

23.10.14

GURU SLTP/SLTA ANDALKAN BUKU VIRTUAL


Blitar, Penerapan menu Kurikulum 2013 (K-13) dalam proses belajar mengajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah sudah berlaku mulai tahun ajaran baru 2014 - 2015. Namun ketentuan tersebut belum diimbangi dengan sarana buku pendukung. Akibatnya, guru dan siswa pun harus berakrobat bagaimana caranya agar proses belajar mengajar tetap bisa berjalan normal.

“Kalau bagi guru tingkat menengah mungkin tidak terlalu bermasalah untuk mendapatkan literatur. Dengan mudah bisa mengambil dari internet. Tapi yang untuk guru sekolah dasar, terpaksa tidak bisa menerapkan di semua tingkatan kelas,” ungkap Sudarmingsih, guru senior di SD Negeri Tanggung 1 Kota Blitar saat ditemui di rumahnya di Perum Melati Kota Blitar, Jum’at pagi (24/10), sesaat sebelum berangkat mengajar.

Di Kota Blitar, ketersediaan buku kurikulum 2013 untuk tingkat SD baru bisa diterapkan untuk siswa kelas 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan untuk siswa kelas 3 dan kelas 6 masih menggunakan sistem KTSP tahun 2006. Rencananya, baru tahan 2015 mendatang buku-buku kurikulum 2013 tingkat SD bisa dipenuhi untuk seluruh tingkatan kelas.

Kondisi minimnya ketersediaan literatur tersebut diakui Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Kota Blitar Samsul Hadi, S.Pd, M.T. “Setiap kabupaten / kota harus berlomba memesan ke percetakan yang sudah ditentukan Pemerintah Pusat. Tapi percetakan belum mampu memenuhi semua permintaan daerah,” dalih Basuki saat ditemui di kantornya di Jl. Ahmad Yani Blitar kemarin (23/10).

Dampak dari belum siapnya buku-buku kurikulum 2013, para guru terpaksa mengandalkan buku-buku virtual. Mengunduh dari internet, dicetak menjadi hard copy, dan dipinjamkan kepada siswa bagi yang mampu dan mempunyai uang untuk foto copy. Seperti yang terjadi di SMK Negeri 1 Kota Blitar. Sebagian juga masih menggunakan buku berdasarkan KTSP 2006, misalnya untuk buku rujukan pelajaran Seni dan Budaya menggunakan buku terbitan Penerbit Erlangga.

Kondisi tersebut tentunya memberatkan wali murid dan siswa, karena tidak selaras dengan kampanye pendidikan murah dan pendidikan gratis yang selalu didengung-dengungkan pemerintah. Seperti yang dikeluhkan wali murid SMK Negeri 1 Blitar Yogi Prianto. Warga Kelurahan Kepanjen Kidul Kota Blitar itu mengeluhkan karena anaknya sering meminta uang untuk foto copy buku dan berbagai modul pelajaran. Juga untuk membeli buku-buku bekas yang dijual di Jl. Semeru barat Aloon-Aloon Kota Blitar, yang kata anaknya masih bisa digunakan untuk buku pegangan di sekolah.

“Katanya pendidikan murah dan gratis! Ini koq malah sering anak saya minta duit untuk foto copy ya,” keluhnya. Dia berharap pemerintah baik pusat maupun daerah segera menyelesaikan masalah tidak tersedianya buku kurikulum baru tersebut agar tidak menyulitkan dan memberatkan wali murid dan siswa.*

Salam Kentongan
Thok Thok
/span>