5.4.20

Kondisi dari penderitaan ke senang belum tentu itu Allah ridho

QS 7 : 94 - 95
*Kondisi dari penderitaan ke senang belum tentu itu Allah ridho*🤔

Dalam ayat QS 7 : 94 - 95 Allah memberitahukan tentang ujian dengan berbagai penderitaan dan kesempitan yang telah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu yang kepada mereka telah diutus para Nabi. Penderitaan itu berupa berbagai macam penyakit yang menimpa anggota tubuh mereka, sedangkan kesempitan itu berwujud kemiskinan, kebutuhan dan lain sebagainya, *agar mereka mau tunduk merendahkan diri.* Namun mereka sama sekali tidak mengerjakan apa yang Allah kehendaki dari mereka. Maka Allah pun membalikkan keadaan mereka dari penderitaan menjadi kesenangan, dengan *tujuan untuk menguji mereka pula, supaya dengan itu mereka mau bersyukur*. Namun mereka tidak juga melakukannya.

Allah melimpahkan harta kekayaan dan anak mereka bertambah banyak, inilah yg biasa kita dengar istidraj  artinya, Allah uji mereka dengan susah dan senang, supaya mereka tunduk merendahkan diri dan kembali kepada Allah.

Namun semuanya itu tidak berarti sama sekali bagi mereka baik ujian berupa kesusahan maupun kesenangan, tidak juga mereka menghentikan diri, bahkan mereka mengatakan, “Kami telah merasakan penderitaan dan kesempitan, dan setelah itu kami pun merasakan kesenangan seperti yang pernah dialami oleh nenek moyang kami pada zaman dulu.” Dan bahkan mereka sama sekali tidak memahami urusan Allah dan tidak pula menyadari ujian Allah
yang diberikan kepada mereka dalam dua keadaan di atas.
*Kesimpulannya* orang yg tidak beriman hatinya telah terkunci utk mengingat Allah, ujian apapun yg menimpa mereka tidak akan kembali kepada Allah.

Hal ini berbeda dengan *keadaan orang-orang yang beriman, yang senantiasa bersyukur kepada Allah pada saat merasakan kesenangan dan bersabar jika berada dalam kesusahan*. Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain (Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), *Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh mengagumkan keadaan orang mukmin itu, tidaklah Allah menetapkan takdir baginya melainkan kebaikan baginya. Jika tertimpa kesusahan lalu ia bersabar, maka hal itu adalah baik untuknya. Dan jika diberikan kesenangan lalu ia bersyukur, maka hal itu adalah baik baginya.”* (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
/span>

0 komentar:

Posting Komentar