14.2.19

Kritik Monumen Potlot : opini

*Sungging Poernomo Putro.*
            
  *"PEMBERONTAKAN PETA BLITAR"*

      Menjelang Hari Pemberontakan PETA BLITAR, 14 Februari setiap tahun, selalu digelar Drama kolosal yg diikuti para Pelajar dan Mahasiswa untuk dipentaskan di Plaza Monumen Pemberontakan PETA garapan Bondan Widodo group yg sangat Heroik itu.

   Kebetulan kali ini penulis sedang menjenguk Beliau yang sudah hampir 2 minggu kesehatannya bermasalah.

   Meski begitu tokoh yang satu ini selalu tetap semangat kalau diajak ngobrol tentang Perjoangan, wawasannya luas, analisanya tajam, polos, obyektif  dan mengalir.
Apa komentarnya...? Berikut penuturannya..

"Api Revolusi di Bumi Pertiwi" judul yang dipakai dibanner itu tidaak salah, cuma jadi kabuur ya !

Seharusnya tetap saja *PEMBERONTSKAN PETA BLITAR*, biar Monumental gitu loo... Kenapa sih alergi dengan kata PEMBERONTAKAN ?

Dulu dijaman Orba sempat beberapa tokoh ingin ganti istilah Pemberontakan dengan Perlawanan, beda banget tu... Jadi dangkal, kembalikan yang orisinil ajalaah!

Ingat dengan Peristiwa Pemberontakan Peta di kota Blitar itu jadi pemantik berkobarnya Revolusi Kemerdekaan di Indonesia.
Bayangkan hanya dalam tempo 6 bulan 3 hari dari Peristiwa itu, Revolusi Indonesia menghasilkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945, kan lua..r biasa itu.

Meski Pemberontakan itu hanya inisiatif beberapa pemuda dan praktiknya gagal total, namun gaungnya.. ya gaungnya terdengar sampai Asia Timur Raya dan membuat Pemerintah Dai Nipon dipermalukan dunia Internasional.
Ingat satu satunya Tentara bentukan Dai Nipon yang berani beronntak secara frontal, progresif dan Revolusioner itu ya cuma mBlitaar.

Drama yang saya tahu dulu di ditulis dan disutradarai oleh Wiekanto M Noor guruku, kini mengalami banyak  distorsi, he he..

Kebanyakan klenik dan terkesan konyol. Inovasi itu bagus tapi tidak boleh mengalami distorsi...

Aku dah beberapa kali ingatkan Redi Wisono yang beberapa tahun ini dipercaya untuk garap drama itu, apa kataku ..
."Re..d tolong kurangi kleniknya... tampilkan peran Bung Karno walau sebentar. Jangan tokoh lain yang lebih mendominir.
Ingat loo ...Peta itu buatan Bung Karno, dari *"Poetera"*  (Pusat Tenaga Rakyat) Bung Karno selaku Ketuanya mengusulkan pada pemerintah pendudukan Dai Nipon untuk membentuk Peta dan itu disambut baik oleh Dai Nipon.
Untuk apa..?
Agar saat Indonesia Merdeka, Indonesia nantnya punya Tentara yang telah terlatih.
"Lepas dari drama itu tadi, terus terang saya kecewa dengan pemeliharaan Monumen itu...,  tertutup pedagang kaki 5! Gak bisa pa dialihkaan! Pembangunan itu  telah memakan energi yg  luar biasa bagi kami, dananya sangat sedikit, aku g sebutin ya..., tapi hanya sebesar anggaran satu kelas gedung sekolah yang standrt  kira kira... Temponya jg sangat singkat, hanya 3 bulan, bayangkan nambah 6 patung segede itu cuma 3 bulan, dan bukan tipe Bondan kalau kerja cuma main perintah,. Saya terjun langsung dibantu 3 orang, Arik, Yasin dan Edi satu temanku SMP dan terakhir mas Amang bantu sedikit. Aku kerja 18 jam perhari tanpa kenal hari libur dan hari Minggu. Membangun itu susah tapi memelihara jauh lebih susah. Masak sih yang dulu warnanya kita buat PERUNGGU kini diganti seperti cat GENTENG, AMATIR LAGI...! Gak usah dihubungkan dengan politiklaah dengan  dicat kemerah merahan. Itu kita buat warna Perunggu biar kelihatan exlusif gitu looo...! Kalau dicat genteng waduuuh rohnya jd hilang melayang dan yang pasti jadi JELEK SEKALI. Padahal Bondan kan masih hidup, tolonglah Pejabat ngerti dan sedikit menghargai seniman, jangan asal bikin Proyek aja, Aku loo ya wong Pemkot juga, masak kalo dijadikan konsultan gitu aku minta dui..t? " dimintai masukan gitu aj menurutku sudah suatu penghormatankok,  capek de...h ! ( sambil mengerutkan kening mengakhiri pembicaraannya)

/span>

0 komentar:

Posting Komentar