*BELAJAR DARI FILM BUNDA CINTA DUA KODI, TERNYATA KUNCI LANGGENGNYA RUMAH TANGGA ITU BUKAN KOMUNIKASI*
@Saiful Islam
Mark Manson, penulis dan blogger internasional menulis sebuah postingan yang sempat viral di akhir tahun kemarin, dan sampai ia diwawancarai Business Insider. Berawal dari Mark yang ingin melangsungkan pernikahan, sebagai persiapan mental ia mencoba meminta nasehat pernikahan kepada ribuan followernya. Ia menanyakan Bagaimana menjalin hubungan pernikahan yang langgeng dan penuh kebahagiaan.
Ada 1500 orang yang merespon pertanyaan Mark. Dan ini adalah contoh betapa kerennya dunia online jika dimanfaatkan secara positif. Ia bisa mengumpulkan kebijaksanaan dari ribuan orang dan mengolahnya menjadi sebuah nasehat yang sangat bermanfaat. Istilah di kampung tetangga Saya namanya "Human Wisdom Crowdsourcing" atau bagaimana menghimpun kebijaksanaan dari khalayak.
Yang menarik dari data yang dikumpulkan oleh Mark adalah dari 1500 orang yang merespond emailnya dan memberikan nasehat, ternyata tidak 100% sukses dalam membina rumah tangganya. Sepertiga dari respon email itu adalah dari mereka yang rumah tangganya kandas dan berakhir dengan perceraian.
Lhah terus kenapa yang gagal ikut-ikutan kasih nasehat? Bukannya nanti malah bikin rumah tangga si Mark tambah runyam.
Bukan nasehat tirulah apa yang kami lakukan, tapi jangan sampe seperti kami, rumah tangga kami berakhir dengan perceraian. Ia ingin sharing Lesson Learned atau pelajaran berharga yang mereka dapat selama membina rumah tangga. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan seperti kami Mark. Istilahnya mereka sharing tentang DON'T nya.
Baik ya orang-orang ini. Katakanlah meskipun mereka ini termasuk orang-orang gagal tapi mereka masih mau sharing sesuatu yang baik, biar yang seterusnya gak ikutan gagal kaya mereka.
Kadang kalo dikalangan kita sendiri kan agak aneh. Jika kita gagal kita diem aja, pas ngeliat ada orang yang terindikasi mau salah ky kita, kita juga diem. Sampai akhirnya orang lain nyebur juga ke lubang yg sama ky kita mereka bilang dengan menyeringai ky di sinetron-sinetron.. He he he..akhirnya ada temennya, lu pikir gampang bina rumah tangga. Asli juaahattt banget orang-orang kayak gini. Jauh lebih jahat dari Rangga yang ninggalin Cinta dalam ratusan purnama.
Sedikit nyimpang dari sini. Ini juga berlaku loh buat para entreprenuers. Ketika kita gagal bukan berarti kita tidak punya sesuatu yang berharga untuk dibagi. Kita bisa membantu cegah orang lain untuk terjebak dan terjatuh di lubang kegagalan yang sama. Hanya dengan sharing cerita, itu juga menjadi jariyah juga buat kita. Jadi ingat buku 7 Kesalahan Fatal Pengusahan Pemulanya Kang Dewa Eka Prayoga.
Kembali ke data orang yang gagal tadi.
Mark menggaris bawahi bahwa mereka yang bercerai ini menganggap bahwa mereka bermasalah dalam KOMUNIKASI. Dan mereka ingin memperbaikinya. Dia berpesan kepada Mark, "komunikasi adalah KOENTJI". Jika kamu gagal menjalin komunikasi maka dipastikan rumah tanggamu akan langgeng.
Terus bagaimana dengan 1000 pasangan sisanya yang masih mampu mempertahankan biduk rumah tangganya sampai puluhan tahun dan tetap bahagia.
Yang sangat menarik adalah dari kelompok yang BERHASIL dan awet sampe saat ini, menuliskan bahwa resep kelanggengan rumah tangga mereka BUKANLAH KOMUNIKASI. Kami juga sering bermasalah dengan komunikasi katanya. Kami juga sering miskomunikasi, misunderstanding atau salah paham, melakukan banyak asumsi yang salah tentang pasangan, dan bahkan sering berselisih. Diem-dieman lama alias puasa bicara juga pernah.
Tapi kami tetap awet.
Si Mark kaget dan mencelos hatinya..yaelah lebai. Ini kenapa bertolak belakang sama pelajaran yang dikasih sama mereka yang cerai tadi. Kenapa? oh kenapa?..sambil teriak garuk-garuk tembok..(sinetron banget)
Mark memperdalam pertanyaannya, jika bukan komunikasi, terus apa yang membuat kalian tetap bertahan dan mencintai pasangan Anda sampai sekarang.
RESPECT adalah KOENTJI. Saling menghormati adalah kuncinya kata mereka.
RESPECT is beyond communication. Respek itu ada diatas komunikasi.
Kami juga sering berselisih, berbeda pendapat, salah paham, berbeda keinginan. Namun kami saling menghormati satu sama lain. Karena respek kepada pasangan, kami jadi lebih berhati-hati dalam berkomunikasi. Menjaga jangan sampe saling menyakiti. Sesekali kita juga kelepasan dan berantem, tapi kami respek kepada komitmen kami, dan akhirnya kami memilih saling meminta maaf. Gak sampe lempar-lemparan rudal apalagi saling lempar kopi bersianida.
Karena RESPEK kami sepakat untuk mendelete kata CERAI dari kamus kami, biar tidak sampai terlontarkan.
Nah ada pelajaran lagi nih.. jangan langsung menelan mentah-mentah nasehat dari orang yang gagal. Karena bisa jadi mereka sendiri belum bisa menjelaskan kenapa mereka gagal. Mereka ternyata masih sampai level KOMUNIKASI, padahal ada satu tangga lagi diatasnya komunikasi. Yakni RESPECT.
Gara-gara baca tulisan yang diulas Mark Manson di Business Insider ini, Sy jadi langsung keinget sama film nya Kang Rendy Saputra yang kita tonton berdua minggu kemarin, BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi.
Film debutnya Inspira Pictures yang memang konsen dan serius untuk menebar manfaat.
Film yang kurang ajar banget karena banyak scene yang menguras air mata dan bikin mata sembab.
Terakhir kali Sy nangis di bioskop itu pas nonton film Cek Toko Sebelah (CTS)-nya si Ernest Prakasa. Mata berkaca-kaca dan air mata sempat tumpah dan deleweran kemana-mana. Film ini juga sama-sama bercerita tentang berharganya sebuah keluarga.
Tapi film Bunda ini lebih parah ketimbang ketimbang si CTS. Kalo di CTS, scene-scene mellow yang menguras air mata masih bisa dideteksi dan diantisipasi. Jadi pas ada tanda-tanda adegan sedih mau datang kita, bisa ngalihkan buka Facebook, baca WA atau ngelap-ngelap kursi untuk meminimalkan efek mellow nya.
Film Bunda ini agak 'gak sopan' menurut saya. Scene-scene mellow nya gak bisa terdeteksi dan berceceran dibanyak adegan. Ibarat film horor, ini hantu sama sekali gak bisa ditebak kapan munculnya. Baru siap-siap mau merem, hantunya udah muncul duluan. Belum ilang kaget dari scene sebelumya eh udah nongol lagi setannya. Meskipun sudah dibacain ayat kursi itu hantu juga susah ditertibkan. ya iya laah Mas itu kan film, bukan jin beneran.
Film Bunda ini mirip-mirip. Seringkali gak kedeteksi kalo itu scene sedih atau bukan. Kayanya datar-datar aja dialognya, eh tau-tau pipi sudah basah aja. Bahkan ada yang sampe kejilat masuk bareng caramelnya pop corn. Jadi manis-manis asin gimana gitu. he he
Apesnya pas nobar kemarin gak sempat beli tissue. Habis itu nobar di Malang jam 9.30 sudah diminta datang ke bioskop. Jam 9 masih mandiin bayi, belum sarapan dan perjalanan ke bioskop. Untungnya masih kekejar dan ketinggalan sedetikpun. Dapet deh semua scene meweknya mulai depan sampe akhir.
Untungnya dapat bangku paling atas, jadi gak ketauan kalo mata merah dan sembab karena keluarnya kita belakangan.
Di film ini, kita paham benar bagaimana RESPEK itu lebih dikedepankan ketimbang sekedar komunikasi.
Momen ketika Ayah Farid dengan teganya melontarkan kata 'Gugurkan..' ini adalah contoh ketika RESPEK itu belum hadir.
Begitu juga Bunda Tika yang langsung merespon dengan mengusir Ayah Farid.
Pas Bunda Tika memarahi Ayah Farid didepan umum itu juga contoh belum lahirnya RESPEK.
Begitu juga ketika Bunda Tika berani menjudge Ayah Farid seolah-olah ia tidak berdaya dan tidak berkontribusi juga contoh belum adanya RESPEK.
Ketika Bunda memaksakan cara belajarnya kepada kakak Alda dan memarahi Kak Alda didepan teman-teman dan wali murid yang lain juga adalah momen ketika RESPEK itu hilang.
Respek adalah menghormati
Respek adalah mengesampingkan ego
Respek adalah mau mendengarkan dan menahan ketika berbicara
Respek adalah menenangkan dan mendinginkan
Respek adalah menghormati hubungan
Respek adalah saling menutup aib pasangan
Respek adalah saling membantu dan menguatkan
Respek adalah wujud cinta dan sayang kita
RESPEK itu muncul ketika mereka memutuskan mengesampingkan ego dan mau mendengarkan. Mau belajar dari pengalaman, dan percaya kalo masing-masing memiliki keinginan kuat untuk bersatu.
Ketika RESPEK hadir, itulah momen ketika serpihan-serpihan rumah tangga itu terajut kembali.
Perlahan tapi pasti kebahagiaan di keluarga kecil itu hadir kembali.
Film Bunda, Kisah Cinta Dua Kodi dengan tanpa menggurui mengajarkan ke kita, bahwa RESPECT adalah KOENTJI untuk mempertahankan rumah tangga kita.
Esensi dalam film Bunda ini bukan hanya resep untuk langgengnya rumah tangga.
RESPEK dibutuhkan juga dalam berbisnis.
Leader respek terhadap bawahannya dan begitu juga sebaliknya.
Masing-masing perlu belajar untuk menjaga RESPECT agar tidak saling mencederai dan bisa saling menguatkan. Ketika terjadi cedera pun masing-masing bisa saling berusaha menyembuhkan. Bukan malah membubuhkan garam yang semakin menambah perih dan parahnya luka.
Semoga makin banyak lagi film-film berkualitas yang menginspirasi seperti Bunda Kisah Cinta Dua Kodi.
Jujur saja, untuk sebuah film debut, pencapaian Kang Rendy Saputra dengan Inspira Pictures sudah sangat luar biasa. Dengan pelajaran dari film pertama ini, ditambah persiapan yang jauh lebih matang di film-film berikutnya, Insya Allah akan lahir film-film yang bukan hanya berkualitas dan mendidik, namun juga mampu memecahkan rekor film box office nya Indonesia dan mencapai milestone 10 juta penonton.
Film yang bisa menjadi aset dan kebanggaan bangsa. Bukan hanya mendidik dan mencerdaskan, tapi juga menguntungkan dari sisi binis.
Semoga juga film ini bisa jadi film lebaran seperti film warkop DKI atau Home Alone nya Macaulay Culkin yang tetep diputar disaat natal sampe sekarang.
Thanks Kang Rendy dan Inspira yang sudah menginspirasi Indonesia.
Pengen belajar nulis copywriting seperti ini, yuk belajar bareng tekniknya di kelas Inbound Marketing. Kelas digital marketing paling komplit di Indonesia dengan harga yg paling terjangkau.
Cek materi keren apa aja yang teman-teman bakalan dapatkan di http://inboundmarketer.id
Salam Sukses Mulia,
Saiful Islam
/span>