21.3.18

Arti emoticon

Buat yang belum tau.

*Tahukah Anda arti emoji dalam chatting di WA, BBM, dan lain²...?* ..

*Jangan salah kasih emoji ya....nanti bisa salah paham*

_Dan Jangan Ngaku Kakek/Nenek Gaul Kalo Anda Belum Tau Arti Emoji Berikut...._
.                   
1. 😀 = Terbahak bahak
2. 😬 = Unjuk Gigi
3. 😁 = Tebar Pesona
4. 😂 = Ngakak
5. 😃 = Gumbira
6. 😄 = Senyum Lebar
7. 😅 = Ketawa Capek
8. 😆 = Ketawa Basibasi
9. 😇 = Peri
10. 😉 = Kiceup kiceup
11. 😊 = Senyum Kebar
12. 🙂 = Senyum Basabasi
13. 🙃 = Salah Senyum
14. ☺ = Tersipu sipu
15. 😋 = Pura pura gak Tau
16. 😌 = Malu malu Kucing
17. 😍 = Cinta Pandangan Pertama
18. 😘 = Cium Jauh
19. 😗 = Manyun
20. 😙 = Singsot
21. 😚 = Kecup Dikit
22. 😜 = Melotot
23. 😝 = Lewe
24. 😛 = Muka Badak
25. 🤑 = Mata Duitan
26. 🤓 = Mata Ijo
27. 😎 = Ceng Deum
28. 🤗 = Jedinginan
29. 😏 = Nyinyir
30. 😶 = No Hope
31. 😐 = GolPut
32. 😑 = Silau
33. 😒 = Bengong
34. 🙄 = Pikiran  Melayang
35. 🤔 = Ngempeng
36. 😳 = Kaget
37. 😔 = Pucer
38. 😟 = Heran
39. 😠 = Seubeul
40.  😡= Kepedesan
41. 😞 = Pusing
42. 😕 = Linglung
43. 🙁 = Galau
44. ☹ = Kusur
45. 😣 = Lelah
46. 😖 = Mabom
47. 😫 = Mual
48. 😩 = Berduka
49. 😤 = Greugeutan
50. 😮 = O oh
51. 😱 = Wadauw
52. 😨 = Seureum
53. 😰 = Keringeutan
54. 😯 = Terpukau
55. 😦 = Nganga
56. 😧 = Aduuuh
57. 😢 = Berlinang
58. 😥 = Cucuran Keringat
59. 😪 = Flu
60. 😓 = Keringeutan
61. 😭 = Cengeng
62. 😵 = Migran
63. 😲 = Takjub
64. 🤐 = No Comment
65. 😷 = Topeng
66. 🤒 = Demam
67. 🤕 = Perban Benjol
68. 😴 = Ngantuk
69. 😈 = Penggoda
70. 👿 = Penghasut
71. 🙌 = Horeee
72. 👏 = Permisi
73. 👋 = Hallo
74. 👍 = Jempolan
75. 👎 = Buruk
76. 👊 = Tinju
77. ✊ = Tebakan
78.  ✌= Dua an
79. 👌 = Bulet
80. ✋ = Penolakan
81. 👐 = Tangan Kosong
82. 💪 = Kuat
83. 🙏 = Doa
84. ☝ = Telunjuk
85. 👆 = Keatas
86. 👇 = Kebawah
87. 👈 = Kiri
88. 👉 = Kanan
89. 🖕 = Langsung
90. 🖐 = STOP
91. 🤘 = Salam Dua Jari
92. 🖖 = Terselip

Selamat menggunakan icon emoji dengan benar ya! 👍👍😆🤗

----- oOo -----

/span>

19.3.18

Tidur Siang Menurut Islam

Qailulah - Tidur Siang Menurut Islam
Posted in — Kajian, Muamalah, Risalah Islam


Qailulah - Tidur Siang Menurut Islam
Islam melarang umatnya tidur setelah Subuh dan setelah Ashar. Tidur siang sejenak sebelum dan setelah Dhuhur dianjurkan.

TIDUR siang atau tidur di siang hari menurut para ahli merupakan relaksasi tubuh dari aktivitas yang dikerjakan dan untuk menenangkan saraf-saraf yang tegang.

Menurut Sara C. Mednick, PhD, tidur siang dapat meningkatkan persepsi sensorik, sama efektifnya seperti tidur malam.

Manfaat tidur siang juga meningkatkan kreativitas dengan memberikan berbagai ide baru dan membuka wawasan yang ada di otak Anda. (Sumber)

Tidur siang dapat menjadi salah satu cara mengatasi masalah kekurangan waktu tidur yang banyak dialami oleh orang yang sibuk bekerja. Menurut Sara C. Mednick, Anda yang mengalami masalah kurang tidur akan sangat terbantu dengan hal ini.

Bagaimana perspektif Islam tentang tidur siang?

Konsep dasar Risalah Islam tentang tidur adalah malam untuk istirahat (tidur) dan siang untuk bekerja mencari nafkah, sebagaiman dijelaskan dalam Al-Quran:

“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (QS. An-Naba:11).

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (QS. QS. Al-Qashash : 73)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”. (QS. A-Ruum:23).

“Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (QS. Yunus ayat 67).



Meski demikian, Islam tidak melarang tidur siang secara mutlak. Dalam Islam ada beberapa konsep yang mengatur aktivitas tidur siang, yakni Qailulah, Hailulah, dan Ailulah.

Qailullah Tidur Sejenak di Siang Hari
Qailulah (القيلولة) yaitu tidur sebentar pada pertengahan siang hari, sekitar 20-30 menit sebelum waktu shalat Dhuhur.

Dalam Kamus Lisanul Arab dijelaskan makna qailulah secara bahasa,
القيلولة نومة نصف النهار
“Qailulah adalah tidur pada pertengahan siang”

Rasulullah Saw menganjurkan umatnya tidur siang hari agar pada malam harinya (tengah malam) bisa bangun untuk menunaikan ibadah shalat  malam (shalat tahajud).

“Tidur sejenaklah kamu sekalian di siang hari, karena sesungguhnya setan tidak tidur siang sejenak”. (HR. Abu Nu’aim dari Anas r.a.)

Dalam sebuah riwayat, pada musim dingin, Rasulullah Saw tidur setelah Dhuhur, sedangkan saat musim panas Rasulullah tidur sebelum Dhuhur.

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menulis: “Hendaklah seseorang tidak meninggalkan tidur yang sekejap pada siang hari karena ia membantu ibadah pada malam hari.”

Menurut Al-Ghazali, qailulah yang paling baik adalah sebelum Dhuhur. Sebagian sahabat Nabi ada juga yang melaksanakan qailulah setelah Dhuhur.

Dalam riwayat Imam Bukhari, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan: “Kami bersegera datang ke masjid untuk menanti pelaksanaan shalat Jum’at dan kami qailulah setelah shalat Jum’at.”

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah mendokumentasikan kebiasaan qailulah para sahabat. Terdapat sebuah hadits dari Ibnu Umar, beliau berkata:

“Kami (para sahabat) pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suka tidur di masjid, kami tidur qailulah di dalamnya, dan kami pada waktu itu masih muda-muda.”

Tidur Siang yang Dilarang: Hailulah dan Ailulah

Dalam Islam ada waktu-waktu tertentu yang dilarang tidur, yakni disebut Hailulah dan Ailulah.

Hailulah ialah tidur sehabis salat Subuh. Tidur jenis ini dilarang karena dapat menghalangi kita dari rezeki yang Allah turunkan pada pagi hari.

"Apabila kamu telah selesai sholat Subuh janganlah kamu tidur tanpa mencari rezeki." (HR. Thabrani)

Ailulah ialah tidur yang dilakukan setelah melaksanakan Shalat Ashar. Tidur jenis ini dapat memicu berbagai penyakit, di antaranya sesak napas, gelisah, dan murung.

Selain itu, tidur setelah Ashar juga menyebabkan jam biologis kita terganggu serta memungkinkan terlewatnya waktu Shalat Magrib. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com, dari berbagai sumber).*

/span>

TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF,no 5 wow

Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir

Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Rekening Bank Emosional

Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.

Paradigma

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.

/span>

18.3.18

Kapan Batas Akhir Waktu Shalat Shubuh?


Assalamu 'Alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Mohon diberikan penjelasan mengenai batas waktu akhir sholat subuh,....karena ada beberapa pendapat bahwa batas akhir waktu sholat adalah ketika sudah masuk waktu sholat berikutnya. Terima kasih atas penjelasannya.

Seno Wahyudi - senofigo@yahoo.com

__________________________________________

Wa'alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuhu.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasullah, keluarga dan para sahabatnya.

Sesungguhnya berada di atas waktunya (sudah masuk waktu  dan belum keluar dari batas akhirnya) merupakan syarat sahnya shalat. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا

"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. Al-Nisa': 103) karenanya seorang muslim wajib memperhatikan urusan waktu shalat ini dan tidak menunda-nunda shalat hingga keluar waktunya walaupun karena jinabat, sedang berhadats, dan pakaiannya terkena najis. Inilah pendapat jumhur ulama sebagaimana yang disebutkan Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawanya. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah: I/338)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan waktu-waktu shalat ini dengan sangat jelas, tidak ada kesamaran padanya. Pada hadits Abdullah bin Amru Radhiyallahu 'Anhu (hadits pertama yang disebutkan Ibnul Hajar dalam Bulughul Maram, Bab: Mawaqit al-Shalah), Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan dengan rinci tentang awal dan akhir waktu setiap shalat. Dan diterangkan di dalamnya, waktu shalat Shubuh adalah sejak terbitnya fajar sampai terbitnya matahari.

وَوَقْتُ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعْ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ فَأَمْسِكْ عَنْ الصَّلَاةِ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ

"Dan waktu shalat Shubuh adalah dari terbitnya fajar sampai sebelum terbit matahari. Maka apabila matahari sudah terbit, berhentilah dari shalat karena matahari itu terbit di antara dua tanduk syaithan." (HR. Muslim)

Maksu terbitnya fajar adalah fajar shadiq yang cahayanya panjang melintang  di ufuq timur. Cahaya tersebut tidak lagi sirna yang diikuti gelap, tapi cahaya tersebut terus bertambah hingga matahari terbit. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits shahih, "Janganlah azan Bilal dan fajar yang panjang menjulang menghalangi kalian untuk makan sahur, tetapi berhentilah sahur ketika muncul cahaya fajar yang panjang melintang di ufuq." (HR. Muslim, Abu Dawud, al-Nasai, dan al-Tirmidzi)

Ibnu Rusyd berkata, "Dan mereka bersepakat, awal waktu shubuh adalah terbitnya fajar shadiq, dan akhirnya (selesainya) adalah terbitnya matahari, kecuali apa yang diriwayatkan dari al-Qasim dari sebagian ulama Syafi'iyah, bahwa akhirnya adalah al-isfar (cahayanya terang)."

Al-Nawawi rahimahullah berpendapat mengahirkan shalat Shubuh sampai terlihat cahaya memerah adalah makruh. Beliau berkata, "Dan dimakruhkan mengakhirkan shalat Shubuh yang bukan karena uzur sampai terbitnya cahaya merah, yakni cahaya merah menjelang terbitnya matahari."

Maka pendapat yang mengatakan, waktu shalat Shubuh habis ketika masuk waktu shalat berikutnya adalah tidak benar. Karena bertentangan dengan sharih hadits shahih yang menerangkan waktu shalat Shubuh habis dengan terbitnya matahari. Habisnya waktu shalat dengan masuk waktu shalat berikutnya itu berlaku pada shalat Dzuhur dan shalat Maghrib. Sementara Ashar dan Isya' terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama padanya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam]

Oleh: Badrul Tamam

/span>