13.7.20

antibodi vs covid19

Inilah pakar yg benar Pakar, memberikan pencerahan dan harapan, tidak menakut- nakuti

*sumber:*
*DR. Ir. Hj. Sri Nurdiati (Dekan FMIPA IPB dan Dosen Biokimia IPB)*
_Mhn di sosialisasikan :_

```Banyak orang nggak sadar pentingnya "ANTIBODI" stoknya harus selalu ada. Orang lebih panik masker atau hand sanitizer hilang di pasaran. Harusnya kita lebih panik kalau "ANTIBODI" hilang di tubuh, karena virus tidak mungkin dihindari.```

*Point penting dari diskusi:*

```1. Virus itu hanya bisa dikalahkan oleh "ANTIBODI"```

```2. "Antibodi" yg di dlm tubuh itu kyk pabrik, kadang banyak kadang sedikit.```

```3. Supaya produksi "anti bodi" banyak, sering konsumsi vitamin C dan E setiap hari serta berjemur Sinar Matahari Pagi.```

```4. Virus itu ngga mungkin dihindari, jadi pasti selalu ada, contohnya kalau bersin, bisa dipastikan ada virus disitu. Bersin indikasi tubuh menolak.```

```5. Kalau berhasil tembus ke hidung dekat tenggorokan, tubuh akan batuk, tanda menolak.```

```6. Kalau masih tembus juga, baru demam. Kalau masih tembus juga, barulah "antibodi" keluar dr pabrik utk melawan perang dgn virus.```

```7. Kelemahan virus itu sm sabun. Kalau ngga ada hands sanitizer, pake sabun apa saja bisa bahkan sabun cuci piring jg bisa. Dlm 3-5 menit, virus akan mati sama sabun.```
```8. Selama 14 hari "antibodi" kita akan merekam virus ini dan disimpan dlm *sel memori* di otak.```

```9. Jadi kalau kita sembuh dan suatu saat kena corona lagi, sel memori ini akan aktif dlm 24 jam (ngga perlu menunggu 14 hari lagi)```

```Jadi, mari kita lebih  fokus ke dalam tubuh dgn meyakinkan```
  "STOCK ANTIBODI"  ```cukup alias vitamin C/E rutin dikonsumsi dan Berjemur Sinar Matahari yg paling mudah.```
```Catatan tambahan dari Redaksi:
Sumber vitamin C dan E terdapat pada Buah2an, kacang2an dan sayur2an, antara lain:```
*✔ Jeruk Manis/nipis*
*✔ Tomat*
*✔ Jambu Biji*
*✔ Kacang Tanah*
*✔ Kacang Hijau*
*✔ Bayam*
*✔ Pucuk Melinjo*
*✔ Pucuk Kates.*

```Semoga bermanfaat Untk kita semua & mas
/span>

12.7.20

Kenapa Jadi "Kaum Rebahan"?

Kenapa Jadi "Kaum Rebahan"?

Oleh: Haedar Nashir

Anak muda dan siapapun berhak menikmati hidup. Hidup untuk disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Betul,  hidup hanya sekali, setelah itu mati. Tapi jangan hidup asal hidup, mati sekadar mati. Hidup dan mati harus berarti. Tidak perlu pula mempertentangkan "hidup mulia atau mati syahid". Hidup dan mati harus sama mulianya dan menjadi syahid (pembuat sejarah) sebagai umat tengahan yang membangun peradaban utama (QS al-Baqarah: 143).

Bagi orang beriman,  hidup harus  dijalani dengan benar dan bertujuan meraih bahagia di dunia dan akhirat nanti. Hidup yang hanya sekali itu jangan disia-siakan. Apalagi sampai salah arah. Fa-aina taźhabun? Hendak ke manakah engkau pergi? Itu firman Tuhan (QS At-Takwir: 26), tentang perlunya arah jalan yang benar dalam kehidupan.

Karenanya hidup yang bermakna harus diperjuangkan dengan benar dan sungguh-sungguh. Jangan lengah dan disia-siakan. Namun,  manusia itu bukan robot atau benda mati. Meski harus bersungguh-sungguh dan berikhtiar dalam hidup, pada saat yang sama ada hak untuk istirahat. Apalagi manusia itu memiliki sifat  homo ludens, sebagai insan yang alamiah suka bermain, termasuk menikmati kesenangan. Kesenangan yang baik dan positif tentu saja.

Manusia secara sunatullah memiliki kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal,  rekreasi,  dan lain-lain. Termasuk keperluan beristirahat. Dalam banyak ayat al-Quran Allah bahkan memberikan manusia hak untuk istirahat, antara lain: “Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk berusaha.”  (QS Al-Furqan:  47). Tidak boleh siang dan malam dihabiskan untuk berusaha, tanpa istirahat. Jangan bekerja habis-habisan, sebaliknya jangan malas-malasan. Hidup perlu keseimbangan. Sebaik-baik urusan ialah yang tengahan. Tidak esktrem.

Manusia harus istirahat agar segar dan sehat, apalagi kalau seharian kerja keras. Orang yang tidak mau istirahat, namanya robot. Tapi jangan istirahat terus, lebih-lebih malas-malasan. Kata anak muda, "rebahan". Rebahan itu artinya istirahat sambil berbaring dan berleha-leha. Orang tua dulu juga suka rebahan di sore hari. Tapi jangan rebahan terus. Manusia itu siapapun dia harus berusaha dan  kerja keras dalam hidup agar sukses,  beramakna, dan bermanfaat. Kata filosof, manusia itu pada dasarnya homo faber, insan yang suka bekerja. Kalau main dan rebahan terus namanya bertentangan dengan jiwa homo faber. Keberadaan manusia karena dia bekerja dan berusaha.

Bagaimana kalau rebahan? Rebahan sesekali saja, atau dalam makna yang aseli: istirahat sebagaimana porsinya. Jangan rebahan terus. Lama-kelamaan malah bisa kena asam urat. Tidak mungkin sukses hidup bila pekerjaanya rebahan. Apalagi kalau rebahan jadi kebiasaan bermalas-malasan, sehingga menjelma sebagai "kaum rebahan". Kata "rebah" (berbaring) itu satu akar dengan "roboh" (jatuh).  Kalau rebahan terus, bisa   jadi  "roboh" dan "kaum robohan", yaitu orang yang gagal dan jatuh dalam hidup karena malas dan tidak berusaha. Bagaimana bisa maju kalau  rebahan? Malah jadi roboh.  Seperti nasib malang sang tokoh dalam kisah "Robohnya Surau Kami", sebuah karya sastra terkenal dari pujangga A.A. Navis.

Kenapa harus jadi kaum rebahan? Kalau lelah dan penat karena seharian bekerja, istirahatlah yang baik. Kalau ada masalah, berat maupun ringan, urai dan hadapi untuk diselesaikan. Jangan lari dari masalah dan menambah masalah dengan kerumitan yang lain. Lalu, menjadi kaum rebahan yang malas-malasan dan membuang diri ke hal-hal yang merugikan hidup. Malas itu mungkin seketika nikmat karena tanpa harus bekerja. Tapi itu kenikmatan sesaat karena pada dasarnya setiap manusia memang harus bekerja dan berusaha. Kata Abraham Moslow, kebutuhan tertinggi itu aktualisasi diri. Bekerja itu wujud aktualisasi diri, yang harus dilakukan dengan senang hati.

Belajarlah pada orang sukses. Mereka gigih bekerja dan berusaha, banyak dari titik nol. Mereka pun bukan tanpa beban dan masalah dalam hidupnya. Tapi mereka yang sukses mampu menghadapi dan keluar dari masalah secara rasional dan pantang menyerah. Kalau resah hati karena masalah dan sebab apapun, selesaikan satu persatu. Bersama dengan itu  mendekatlah kepada Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim, agar jiwa tenang dan ada tempat bergantung yang kokoh. Lalu,  ikhtiar sedapat yang diusahakan. Selebihnya berserah diri kepada Allah. Untuk hidup sukses itu bagai mencari barang hilang. Laksana menemukan mutiara, yang tidaklah gampang. Mana ada barang berharga  mudah dan murah. Semuanya perlu perjuangan dan usaha keras. Itulah makna jihad yang sesungguhnya, mengerahkan segala kemampuan untuk meraih kebahagiaan dan kebermaknaan hidup.

Nabi Muhammad mengingatkan dalam hadis dari Ibnu Abbas, "ni'matàni maghbùnun fìhimà kabìra mina an-nàs as-sihatu wa al-faràgu". Artinya, "Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang " (HR. Bukhari). Maka, hati-hati di kala kita sehat dan luang, segalanya bisa lalai dan kemudian terpeleset. Moga kita tidak termasuk orang yang lengah karena sehat dan luang waktu.

Ayo, anak muda Indonesia, bangkitlah. Jadilah sosok-sosok gigih dan pantang menyerah dalam hidup. Termasuk dalam berkiprah majukan bangsa.  Singsingkan lengan baju guna meraih sukses di hari esok. Bikin hidup itu bermakna bagi diri, keluarga, dan lingkungan meski terlihat kecil dan sederhana. Lakukan dengan semangat dan  riang hati. Jangan menunggu esok hari, lakukan saat ini . Gembiralah dalam bekerja sebagai wujud ibadah, agar menjadi insan berkemajuan dan mengukir keberhasilan yang bermakna.
/span>

9.7.20

ORANG TANPA GEJALA

*O.T.G.*
*(ORANG TANPA GEJALA)*

----------------------------------------

*SIAPA ITU OTG ! ? !*

*▪Bisa saya.*

*▪Bisa juga kamu.*

*▪Bisa keluarga kita.*

*▪Bisa teman kita.*

*▪Bisa teman main bola kita.*

*▪Bisa teman main basket kita.*

*▪Bisa teman olahraga kita.*

*▪Bisa teman ibadah kita.*

*▪Bisa juga orang yang baru kamu temuin semalem atau tadi pagi.*

*▪Bisa juga orang yang akan kamu temui nanti siang atau sore.*

*▪Orang ini bisa kamu kenal.* 

*▪Bisa juga engga.*

👇👇👇👇👇
*DIMANA DIA SEKARANG ?*

*♡ Bisa di MANA-MANA.*

*♡ Bisa di MALL.*
*♡ Bisa di KAFE.* 
*♡ Bisa di tempat IBADAH.*
*♡ Bisa di KAMPUS.*
*♡ Bisa di KERETA.* 
*♡ Bisa di BUS.*
*♡ Di ANGKOT.*
*♡ Di PASAR.*
*♡ Bisa di MANA-MANA.*

👇👇👇👇👇
*KENAPA OTG BERBAHAYA ?*

*▪Karena dia bawa VIRUS !*

*▪tiap orang punya sistem IMUN.*

*▪Beda-beda.*

*▪Bisa jadi dia (si OTG) kuat.* 

*▪sementara kamu atau orang di rumah kamu ga kuat.*

🚩  *HINDARI OTG,* 
*JANGAN AMBIL RESIKO !!!*

👇👇👇👇👇
*Bagaimana hindarinnya,* 
*kan kita ga tau siapa OTG ?*

✅ *Anggap semua orang adalah OTG,* 
*termasuk diri kita !* ✅

👇👇👇👇
*Caranya :*
*Diem di rumah !*

❌  *Ga ada ceritanya tuh New Normal tapi :*
*▪olah raga bareng,*
*▪kumpul bareng,*
*▪makan bareng,*
*kondisinya masih Bahaya.*

👇👇👇👇👇
*BOSEN DI RUMAH ?*

*Eh,*
*itu banyak yang udah kena,* 
*diisolasi di RS,* 
*kangen sama rumah dan keluarganya.*

🎯  *Rajin-Rajin bersyukur dan bersabar-lah.* 💯

*● Jangan gara-gara ada status New Normal,*
*kita jadi kayak orang kesurupan,*
*langsung ngacir kemana-mana.*

*● Jangan sia-siakan pengorbanan 3 bulan kita.* 🚩

*● Inget,*
*orang yang akan kita temui mungkin saja OTG.*

● *Kalo terpaksa harus keluar rumah,*
*inget ya ~ harus tetap :*
*▪︎ Jaga jarak ke siapapun di luar,*
*ga ada tuh foto2 deket2an,*
*apalagi bangga di-share fotonya di sosmed.*

*▪︎ Pakai masker,*
*karena masker melindungi kita dan orang lain.*

*▪︎ Sering-sering cuci tangan,*
*bawa hand sanitizer.*

*▪︎ Sampe rumah,*
*alas kaki tinggal di luar.*

*▪︎ Jangan sentuh apa-apa dulu dan langsung mandi.*

👇👇👇👇👇
*Covid tidak sesederhana soal sakit atau sehat.*

*Jika yang kena virus langsung sakit,*
*mungkin urusannya ga serumit ini.*
*(Yang sakit tinggal ke rumah sakit dan yang sehat bisa beraktifitas biasa.)*

*PROBLEMnya adalah :*
*ada yang sudah kena virus dan tidak bergejala,* 
*tapi masih berkeliaran,*
*ada di mana-mana yang kita gak tau.*

*Mungkin orang itu yang mau ketemu sama kamu nanti,* 
*atau orang yang kamu temui tadi malem.*

*So ~ BE SAFE !!!*

Nyawa *tidak bisa ditukar* dgn apapun ‼️‼️‼️
/span>

8.7.20

Bisnis Rapid test, kok jadi bisnis?

Rapid Test

Kamis 09 July 2020
Oleh : Dahlan Iskan

Test kilat telah jadi bisnis tersendiri. Juga telah menjadi sumber pengurasan anggaran negara dan daerah.

Hanya satu daerah yang tidak menganggarkan pembelian alat rapid test: Sumatera Barat. Alasan utamanya sangat ilmiah: "Rapid test tidak bisa dipercaya," ujar dokter Andani Eka Putra kepada DI’s Way kemarin.

Di sana semua test dilakukan dengan PCR --swab test. Yang hasilnya praktis 100 persen bisa dipercaya.

Kuncinya ada di penemuan ilmiah oleh dokter Andani Eka Putra, Kepala Pusat Laboratorium Universitas Andalas Padang itu. Di sana test swab itu bisa dilakukan dengan cepat: hasilnya bisa diketahui dalam 24 jam. Dengan kapasitas yang sangat besar: 3.500 sehari (DI’s Way: Tirani Minoritas)

Sudah lebih tiga bulan Sumbar melakukan itu. Sampai hari ini sudah 55.000 yang dites di sana. Padahal penduduknya hanya sekitar 7 juta.

Satu laboratorium di universitas itu sampai kekurangan sampel untuk dites.

Karena itu tidak ada zona merah di Sumbar. Paling tinggi oranye. Itu pun hanya di satu kota: Padang. Sumbar juga sudah memutuskan akan membuka sekolah yang sudah lama mulai Senin depan. Khususnya di 4 daerah.

Kalau daerah di luar Sumbar kuwalahan melakukan tes, di Sumbar sampai menggratiskan. Misalnya untuk pedagang dan pengunjung pasar, anak sekolah dan pesantren.

Seharusnya yang ingin bepergian pun bisa dites gratis di situ. Tapi tidak bisa. Peraturan menyebutkan hanya rumah sakit yang boleh mengeluarkan surat keterangan untuk perjalanan.

DI’s Way pun sudah menuliskan penemuan itu sampai tiga kali. Sampai sungkan. Sampai seperti promosi untuk dokter Andani, Universitas Andalas dan juga Sumbar.

Padahal tidak ada maksud lain kecuali agar menginspirasi daerah lain. Sayang kebaikan ini sulit menular. Kalah dengan penularan demam rapid test.

Respons dari daerah lain sangat minim. Pun tidak ada kebijakan nasional yang mendukung penyebaran temuan itu.

Padahal penemuan dokter Andani itu tinggal di-copy. Dokter Andani sendiri mau membagi ilmunya itu. Secara suka rela.

Semua uraian ilmiahnya bisa didapat dengan gratis. Pun dokter Andani bersedia memberikan tutorialnya. Secara gratis.

"Bagi saya ini jihad. Rakyat harus diselamatkan dari Covid-19," ujar Andani.

Akhirnya memang ada permintaan dari Jatim. Kabarnya. DI’s Way belum berhasil menelusuri apakah benar Jatim sudah mulai meminta.

Kalau pun ada permintaan seperti itu sudah sangat telat. Jatim telanjur dinilai babak belur --oleh tingginya angka Covid-19 maupun oleh konflik antara Gubernur Khofifah Indar Parawansa dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Apakah betul ada permintaan dari Jatim itu? Dokter Andani belum tahu.

"Seandainya ada pun saya harus bertanya dulu. Apakah Jatim benar-benar minta dibantu," ujar Andani kemarin. "Kalau misalnya saya nanti ke Surabaya tapi respons di sana dingin, saya yang tidak enak," ujarnya.

"Kalau seperti itu tidak akan berhasil," tambahnya. Saya pun harus minta maaf kepada pembaca DI’s Way.

Kolom ini telah banyak terbuang untuk promosi penemuan cara lebih cepat melakukan test swab ala Sumbar itu.

Saya jadi ingat ceramah Prof Djohansjah Marzoeki, pelopor bedah plastik di Surabaya. "Sering sekali masalah ilmiah kalah dengan ego," ujarnya saat memberikan tribute lecture dua tahun tahun lalu.

"Masalah ilmiah juga sering kalah dengan subyektivitas," tambahnya.

Saya tidak akan lupa isi ceramah itu. Kampus yang seharusnya menjadi lembaga ilmiah dalam praktek sering tidak ilmiah. Acara hari itu mestinya untuk kalangan akademisi Unair. Sebagai penghargaan atas jasa luar biasa Djohansjah ke almamater. Saya diundang untuk hadir.

Prof Djohansjah dianggap sangat berjasa untuk Uniar khususnya untuk Fakultas Kedokteran. Karena itu acara tersebut diadakan khusus oleh junior-juniornya di aula fakultas kedokteran.

Tentu tidak hanya kampus yang harus menjunjung tinggi ilmu. Lembaga seperti laboratorium pun seharusnya juga. Tapi begitu sulit untuk mengakui penemuan ilmiah oleh laboratirium lain.

Pun di kampus. Ego masih lebih sering tampil daripada ilmu. Termasuk dalam hal penyelamatan manusia. Akibatnya lebih enak ambil jalan pintas: rapid test. Tinggal beli alat. Yang bisa diimpor dengan mudah. Soal efektivitas bisa disisihkan.

Dan rapid test sudah menjadi bisnis besar. Juga sudah ikut menguras anggaran publik.

Siapa pun yang melakukan perjalanan antar daerah harus melakukan itu.

Yang ilmiah pun juga sering kalah dengan bisnis.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/996/rapid-test
/span>