Tampilkan postingan dengan label Lingkungan Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan Hidup. Tampilkan semua postingan

27.3.23

Dawis Tapak Dara

Selasa 28 Maret 2023, Kelompok 4 Dasawisma Wisma Tapak Dara RT 3 RW 7 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, mengadakan acara penanaman tanaman sayuran yang bertujuan untuk memberikan tambahan tanaman bagi keluarga dan penghijauan sekitar rumah anggota, serta menyongsong kelurahan berseri. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh anggota kelompok, yang antusias dalam mengikuti acara tersebut.
Penanaman dilakukan dengan menanam beberapa jenis tanaman sayuran, seperti lombok, stroberi, dan sawi. Seluruh anggota kelompok bergotong-royong dalam menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menanam. Proses penanaman dilakukan secara bergantian, sehingga setiap anggota kelompok bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Setelah proses penanaman selesai, acara dilanjutkan dengan memberikan arahan mengenai cara merawat tanaman sayuran agar tumbuh subur dan sehat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman tersebut dapat berbuah dengan baik dan dapat menjadi tambahan untuk kebutuhan keluarga anggota kelompok.
Acara penanaman tanaman sayuran ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat, seperti Pak RW 7, Bu RT 3, Ketua Dasawisma Tapak Dara dan Ketua Kelompok 4 Dasawisma. Mereka memberikan motivasi dan arahan kepada anggota kelompok untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan dan memberikan manfaat positif bagi masyarakat sekitar.
Dalam kegiatan ini, selain menanam tanaman sayuran, anggota kelompok juga dapat mempererat tali persaudaraan antaranggota dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Setelah kegiatan selesai, seluruh anggota kelompok merasa senang dan bangga karena telah berhasil melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan menghijaukan kembali wilayah yang telah rusak. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tambahan tanaman sayuran bagi keluarga anggota kelompok dan mengurangi biaya belanja.
Kegiatan penanaman tanaman sayuran oleh Kelompok 4 Dasawisma Wisma Tapak Dara RT 3 RW 7 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan ini dapat dijadikan sebagai contoh kegiatan positif dan berguna bagi masyarakat sekitar. Dengan begitu, kita dapat lebih memperhatikan lingkungan sekitar dan memberikan manfaat positif bagi masyarakat.

By
Zainal 
/span>

25.3.23

Dasa Wisma Klampok kenapa Aloevera

Dasa Wisma Aloevera atau yang juga dikenal dengan nama Dasa Wisma RT 1 RW 7 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar adalah sebuah komunitas yang terdiri dari perempuan/ibu-ibu warga setempat yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan mereka. 
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh Dasa Wisma Aloevera adalah penanaman tanaman dan Toga (Tanaman Obat Keluarga) di sekitar lingkungan RT 1 RW 7.
Penanaman tanaman dan Toga dilakukan oleh Dasa Wisma Aloevera untuk menyongsong kelurahan berseri yang menjadi tujuan utama mereka. Selain untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, penanaman tanaman dan Toga juga dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara dan mencegah terjadinya erosi tanah.
Selain itu, penanaman tanaman dan Toga juga bisa menjadi sumber bahan makanan dan obat-obatan yang berguna bagi masyarakat setempat.
Dasa Wisma Aloevera memiliki beberapa jenis tanaman dan Toga yang ditanam di lingkungan RT 1 RW 7, seperti aloe vera, tanaman sayur juga tanaman obat, dan beberapa jenis tanaman hias lainnya. Tanaman aloe vera dipilih karena memiliki banyak manfaat kesehatan seperti menyembuhkan luka bakar, menghilangkan jerawat, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 
Kegiatan penanaman tanaman dan Toga oleh Dasa Wisma Aloevera tidak hanya dilakukan oleh anggota komunitas, tetapi juga melibatkan partisipasi warga setempat. Harapannya Setiap bulan, Dasa Wisma Aloevera mengadakan acara "Tanam Bareng" di lingkungan RT 1 RW 7, yang diikuti oleh semua warga setempat. Acara ini diadakan sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan manfaat dari penanaman tanaman dan Toga.
Melalui kegiatan penanaman tanaman dan Toga, Dasa Wisma Aloevera berhasil memperbaiki kondisi lingkungan RT 1 RW 7 menjadi lebih bersih dan hijau. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi inspirasi bagi warga setempat untuk merawat lingkungan mereka dan menjaga kebersihan lingkungan. 
Kegiatan yang dilakukan oleh Dasa Wisma Aloevera tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat setempat. 
Diharapkan kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi komunitas lainnya untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.

Foto n artikel by
Zainal
Widawati 
/span>

19.3.23

KWT jalan-jalan Study tiru

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Alam Lestari di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Sukorejo menjadi tempat yang ramai aktivitas belajar-mengajar. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah study tiru kelompok wanita tani (KWT) pada 20 Maret 2023. Kegiatan ini dihadiri oleh Aruna Indriya Wijayanti, Lurah Klampok, dan diisi oleh pemateri Bu Ning dari KWT Tanjungsari dan Bu Sarwiyah.
Kegiatan study tiru ini diikuti oleh 16 orang dari 8 KWT se-kelurahan Klampok. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Senin itu dimulai pukul 09.00 pagi dan berakhir pada siang hari. Kegiatan ini sangat membantu para wanita tani dalam meningkatkan kualitas hasil pertanian dan peternakan di wilayah mereka.
Bu Ning dari KWT Tanjungsari memberikan penjelasan tentang teknik pengolahan tanah dan pemilihan bibit tanaman yang baik. Sementara itu, Bu Sarwiyah memberikan tips dan trik dalam pengelolaan peternakan seperti cara merawat ternak dan memilih pakan yang tepat. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi para peserta karena mereka bisa langsung belajar dari praktisi yang berpengalaman.
Aruna Indriya Wijayanti, Lurah Klampok, menyambut baik kegiatan ini dan berharap agar kegiatan ini dapat berlanjut di masa depan. "Kegiatan seperti ini sangat penting bagi wanita tani di wilayah kami. Kami berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan secara rutin sehingga warga kami bisa terus belajar dan meningkatkan kualitas hasil pertanian dan peternakan di wilayah kami," ujarnya.
Kegiatan study tiru ini merupakan bagian dari program stakeholder terkait untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di pedesaan. Sebagai P4S, Alam Lestari berupaya memberikan pendidikan dan pelatihan tentang pertanian dan peternakan agar masyarakat pedesaan dapat menghasilkan produk yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan bahwa wanita tani di wilayah Klampok dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam pertanian dan peternakan. Dengan keterampilan yang lebih baik, mereka dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian dan peternakan mereka dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan mereka. Selain itu, kegiatan seperti ini juga dapat mempererat hubungan antar warga dan membangun solidaritas di antara wanita tani di wilayah Klampok.
Artikel n foto
By : Winarti (KWT Lingkungan 1 Sawahan)
/span>

Bank Kranjangmas Siap bagikan duit

Pengurus Bank Sampah Kranjangmas di kelurahan Klampok, kecamatan Sananwetan, kota Blitar telah melakukan kegiatan penting dalam mempersiapkan dana nasabah untuk digunakan menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan tersebut dilakukan pada hari Minggu, 19 Maret 2023 di sekretariat bank sampah Kranjangmas yang terletak di Jalan Ternate.
Dalam kegiatan tersebut, pengurus Bank Sampah Kranjangmas telah mempersiapkan dana nasabah yang dapat digunakan untuk membeli kebutuhan menjelang bulan Ramadhan, seperti bahan-bahan untuk membuat takjil dan makanan sahur. Dana tersebut berasal dari simpanan nasabah yang telah terkumpul dan diinvestasikan dengan baik oleh Bank Sampah Kranjangmas.
Selain mempersiapkan dana nasabah, pengurus Bank Sampah Kranjangmas juga memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah dengan baik di bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan, serta membantu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan selama bulan suci.
Melalui kegiatan ini, Bank Sampah Kranjangmas berharap dapat memberikan manfaat dan dukungan bagi nasabah dalam mempersiapkan kebutuhan menjelang bulan Ramadhan. Selain itu, Bank Sampah Kranjangmas juga berkomitmen untuk terus meningkatkan pengelolaan sampah dan keuangan yang berkualitas untuk masyarakat. Semoga dengan adanya kegiatan ini, nasabah dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dalam menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan.
/span>

9.3.23

Adipura Kota Blitar Geger gedhen

Kirab Piala Adipura Blitar 
Pada tanggal 9 Maret 2023, Kota Blitar mengadakan kirab piala Adipura yang akan berkeliling di seluruh kota. Acara ini merupakan penghargaan atas upaya kota Blitar dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya 15 kali berturut-turut.
Piala Adipura merupakan penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada kota atau kabupaten yang berhasil menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya. Adipura sendiri merupakan akronim dari "Adiwiyata, Prawita, and Urbanisasi". Adiwiyata mengacu pada program pengelolaan lingkungan hidup di sekolah, Prawita mengacu pada program pengelolaan lingkungan hidup di perkantoran, dan Urbanisasi mengacu pada program pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan.
Kota Blitar berhasil meraih piala Adipura setelah melalui proses penilaian yang ketat dan komprehensif dari tim penilai KLHK. Berbagai program pengelolaan lingkungan hidup di kota Blitar berhasil mengesankan tim penilai, seperti pengelolaan sampah yang baik, program penghijauan yang aktif, dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Kirab piala Adipura di kota Blitar akan dihadiri oleh para pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum. Acara ini juga akan diiringi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya yang akan menambah semarak acara. Masyarakat berbondong-bondong untuk menyaksikan pertunjukan maupun iring iringan kirab layaknya ada geger gedhen. 

Melalui kirab piala Adipura, kota Blitar ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai warga negara. Kirab ini juga diharapkan dapat memotivasi kota-kota lain di Indonesia untuk lebih giat dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya.

Dengan kirab piala Adipura ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Dengan lingkungan yang bersih dan indah, tidak hanya akan membuat kota Blitar menjadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali, tetapi juga akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
/span>

8.3.23

Pembinaan KWT dan Bank Sampah

Pembinaan Bank Sampah
Pembinaan bank sampah oleh DLH kota Blitar di balai kelurahan Klampok kecamatan Sananwetan kota Blitar telah berlangsung pada hari ini, dimulai dari pukul 09.00 hingga 12.00. Acara ini dihadiri oleh beberapa narasumber dari DLH dan Dinas Pertanian, serta perwakilan dari Bank Sampah Kranjangmas.
Pembinaan bank sampah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan juga untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan juga perkembangan industri, sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang semakin serius. Untuk itu, pembinaan bank sampah menjadi solusi yang efektif dalam mengelola sampah.
Dalam acara pembinaan bank sampah ini, Bpk. Hariono dari DLH kota Blitar memberikan pemaparan tentang bagaimana cara mengelola sampah yang baik. Beliau mengatakan bahwa dengan memisahkan sampah organik dan non-organik serta melakukan daur ulang sampah, maka akan membantu mengurangi jumlah sampah yang tidak terkelola dengan baik dan akan menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sementara itu, Bu Sarwi dari Dinas Pertanian menjelaskan tentang manfaat dari daur ulang sampah organik. Beliau mengatakan bahwa dengan memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk, maka akan membantu mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan dan juga meningkatkan produktivitas tanaman.
Bpk. Layun, PPL pertanian Klampok yang baru juga turut memberikan pemahaman tentang cara membuat pupuk organik dari sampah organik. Beliau menjelaskan bahwa dengan menggunakan sampah organik sebagai bahan baku pupuk, maka akan menghasilkan pupuk yang lebih ramah lingkungan dan juga lebih murah.
Acara pembinaan bank sampah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan juga memberikan solusi yang efektif dalam mengelola sampah. Dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, maka akan membantu menjaga kebersihan lingkungan dan juga menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Perwakilan dari Bank Sampah Kranjangmas kelurahan Klampok adalah, mbak Sofi dan Bu Ramik Daiyah.
/span>

26.7.20

SEJUMLAH WILAYAH DI INDONESIA MENGALAMI SUHU LEBIH DINGIN, MENGAPA?⁣

SEJUMLAH WILAYAH DI INDONESIA MENGALAMI SUHU LEBIH DINGIN, MENGAPA?⁣
#dpsviral @denpasar.viral⁣
Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alami yang biasa terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau pada Juli-Agustus.⁣
"Udara terasa dingin di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) kandungan uap di atmosfer cukup sedikit," kata Hary. Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Hal ini mengakibatkan rendahnya kandungan uap di atmosfer sehingga membuat energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer, dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan. "Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," ujar dia.⁣
Selain itu, pada bulan Juni, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Sifat massa udara yang berada di Australia dingin dan kering. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (monsoon dingin Australia) semakin signifikan. Hal ini berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT.⁣
Hary mengatakan, saat puncak kemarau, umumnya umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. "Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan," kata Harry.⁣
Sumber : @tribunbali⁣
#DenpasarViral #bmkg #cuaca #iklim #suhu #dingin #hujan #kemarau #juli #2020 #bali
/span>

11.2.19

PENGELOLAAN KRISIS EKOSISTEM


Kompas, 11/2/2019.

By HK

PERDEBATAN MENGENAI PANGAN, ENERGI, SUMBER DAYA ALAM, LINGKUNGAN HIDUP ATAUPUN INFRASTRUKTUR DALAM DEBAT KEDUA CAPRES-CAWAPRES, MESTINYA DAPAT MENJADI DASAR TINJAUAN PENDEKATAN PEMBANGUNAN.

Itu karena, di satu sisi, kelima sektor yang akan dibahas terkait erat dengan persoalan nyata yang dialami masyarakat luas. Di sisi lain, masalahnya saling terkait dan upaya pemecahan masalah seperti itu perlu diletakkan pada titik keseimbangan antara manfaat ekonomi, kesejahteraan sosial, maupun fungsi lingkungan hidup. Dan dalam prakteknya, tergantung pada keputusan-keputusan politik.

Dari skala perjalanan panjang pembangunan ekonomi, situasi saat ini menempatkan kelima sektor itu sedang berada di tengah-tengah himpitan bencana alam, serta masih adanya ketimpangan penguasaan SDA, juga semakin menipisnya lahan/sumber pangan andalan. Statistik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 20.041 kejadian bencana alam pada periode 2009—2019, dengan jumlah tahunan semakin meningkat.

Dari seluruh kejadian itu, 13.540 kejadian diantaranya berupa banjir, longsor, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan dan telah merusak 12.725 km jalan dan 804.608 Ha sawah. Laporan terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pengurangan Resiko Bencana (UNISDR) juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah korban jiwa akibat bencana alam tertinggi di dunia sepanjang 2018. Dari total 10.373 korban jiwa di seluruh dunia, sebanyak 4.535 orang diantaranya dari Indonesia (Kompas, 3/2/2019). Kenyataan seperti itu menjadi petunjuk kuat pentingnya pergeseran strategi pembangunan, dalam hal ini dengan memperkuat pelaksanaan pendekatan ekosistem yang telah mengalami krisis.

PENDEKATAN EKOSISTEM

Konsep pendekatan ekosistem mengarahkan kita untuk mengakui betapa besarnya kehidupan manusia bergantung pada fungsi gabungan adanya tanaman, hewan, tanah, air, serta nutrisi untuk produksi makanan, maupun ekosistem untuk pengaturan sumber daya iklim dan air, untuk estetika dan nilai-nilai spiritual, serta untuk proses pendukung kehidupan dasar seperti fotosintesis maupun pembentukan tanah. Pendekatan itu memberi penilaian manfaat ekosistem ke dalam empat kategori.

Pertama, sebagai pengatur layanan yaitu manfaat yang diperoleh manusia dari proses ekosistem, seperti kualitas udara, iklim, air, erosi, limbah, penyakit, hama, penyerbukan, maupun terjadinya bencana alam. Kedua, layanan penyediaan yaitu produk langsung yang kita peroleh, seperti makanan, serat, bahan bakar, serta air. Ketiga, layanan kultural yang bersifat non-material, seperti pendidikan, nilai-nilai spiritual, maupun rekreasi. Keempat, layanan pendukung yaitu proses tidak langsung atau jangka panjang untuk produksi tiga kategori layanan sebelumnya, seperti pembentukan tanah, fotosintesis, maupun siklus hara (Millenium Ecosystem Assessment/MEA, 2005).

Pendekatan MEA itu umumnya sejalan dengan layanan ekosistem sebagai ruang hidup masyarakat adat dan lokal di Indonesia. Dari analisis 88 laporan grantee Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) periode 2012-2017, diketahui terdapat 174 jenis barang dan jasa lingkungan yang telah dimanfaatkan. Ketersediaan ragam komoditi itu memungkinkan memenuhi kebutuhan antar waktu. Ketersediaan barang dapat dipenuhi dari 157 jenis, dengan lebih banyak untuk pemanfaatan jangka pendek. Sedangkan pemanfaatan jasa, dari 17 jenis lebih untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.

Kondisi itu umumnya mendukung kemandirian ekonomi, karena variasi pemanfaatan SDA juga memungkinkan keberlanjutan pasokannya. Perlu pula dicatat bahwa semua itu berjalan di dalam wadah sosial-budaya masyarakat dan bukan hanya berdasarkan motivasi komersial. Sejumlah kegiatan yang diwadahi sosial-budaya masyarakat, misalnya: pengaturan pemanfaatan SDA, perlindungan dan konservasi SDA, mengendalikan perilaku satwa liar, pengetahuan manfaat jenis-jenis tumbuhan obat, kerajinan tangan, wisata bahari, kebiasaan bergotong-royong, konsumsi pangan lokal, pengolahan perikanan laut, identifikasi kualitas benih, proses untuk mencapai kesepakatan.

Apabila pendekatan ekosistem tersebut digunakan untuk mengintegrasikan arah pembangunan kelima sektor di atas, kritik akan hadir karena pendekatan sektor dianggap selalu hanya memilih sifat-sifat komoditas paling unggul bagi manusia, sambil mengabaikan komoditas lainnya. Setiap komoditas diasumsikan berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan dan ketergantungan satu dengan lainnya. Dan asumsi itu tetap dipegang sebagai dasar pembenaran eksploitasi SDA, atas hasil kalkulasi kerugian dan resiko “by design” dikecilkan, karena hilangnya keempat bentuk layanan ekosistem seperti diuraikan di atas, diabaikan.

Itulah mengapa konversi hutan alam primer misalnya, menjadi hutan tanaman, kebun monokultur, tambang, selalu dianggap lebih menguntungkan, tanpa mengakui bahwa itu disebabkan nilai-nilai ekosistem yang hilang ditangggung oleh masyarakat luas. Pekebun kelapa sawit yang sedang mempertahankan dan menjaga hutan konservasi bernilai tinggi (high conservation value forest/HCVF) di lokasi HGUnya, bahkan masih ada pemberi HGU yang menganggap upaya seperti itu sebagai perbuatan menelantarkan HGU menjadi lahan tidak produktif.

Oleh karena itu, dari tinjauan pendekatan ekosistem, memperdebatkan pembangunan kelima sektor di atas, semestinya bukan hanya untuk mencari jawaban terbaik atas persoalan masing-masing sektor, tetapi juga perlu menjawab bagaimana cara melakukan transformasi pembangunan dari pendekatan sektoral menuju pendekatan ekosistem dimaksud. Pendekatan ekosistem dalam pembangunan itu sendiri sudah ditetapkan dalam Undang-undang No 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan sebutan pendekatan ekoregion.

POLITIK PENATAAN RUANG

Dengan mengabaikan saling ketergantungan semua komoditas di dalam suatu ekosistem, pengelolaan secara parsial terhadap energi, pangan, bahan tambang, kebun, maupun materi alam lainnya, sejauh ini menunjukkan kekeliruan substansial dalam design pembiaran terjadinya trade off. Investasi pemanfaatan SDA cenderung mengorbankan daya dukung lingkungan di satu sisi, dan di sisi lain dapat menjadi penyebab kemiskinan. Apabila dikaitkan dengan pangan, kemiskinan itu akibat produktivitas menurun maupun alih fungsi atau hilangnya lahan pangan masyarakat.

Beberapa laporan Statistik Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) serta hasil wawancara dengan pimpinan daerah terkait pemberian penghargaan Nirwasita Tantra (Green Leadership) akhir tahun lalu, mengonfirmasi trade off dan terjadinya alih fungsi lahan pangan tersebut. Di Sumatera Barat alih fungsi lahan pangan menjadi pertambangan periode 2011-2017 seluas 45.487 Ha, untuk industri 14.682 Ha dan untuk perkebunan 605.416 Ha. Di Bali pada 2015/2016 perubahan lahan pangan menjadi pemukiman sekitar 400 Ha, sedangkan pada 2016/2017 sekitar 1.000 Ha. Sistem perairan Subak pada 1997 sekitar 3.000 unit, awal 2018 menjadi hanya 1.612 unit, yang juga menunjukkan hilangya modal sosial pengaturan air pertanian itu.

Di Jawa Tengah, dari lahan pertanian seluas 884.933 Ha, pada 2015 diubah menjadi lokasi industri 7,28 Ha, pemukiman 510,11 Ha, lahan terbuka 343,16 Ha, pasir darat 178,18 Ha, serta tambak 6,74 Ha. Sementara itu di Wonogiri, pada 2015, lahan pertanian menjadi industri dan pertambangan serta fasilitas sosial dan umum seluas 10,1 Ha, pada 2016 seluas 7,38 Ha, dan pada 2017 seluas 12,3 Ha. Dalam kondisi serupa, alih fungsi lahan pangan di Tasikmalaya juga dilaporkan menyebabkan persoalan ketahanan pangan, degradasi kualitas lingkungan, bencana longsor dan hilangnya keindahan alam untuk wisata.

Sejauh ini, lahan pangan yang sangat penting bagi kehidupan dan keseimbangan ekosistem pedesaan, semakin menjadi target usaha komersial. Para petani umumnya belum mendapat perlindungan untuk mempertahankan tanah mereka dan harus berspekulasi terhadap pilihan menjual atau mempertahankan, karena hasil bertani dari tanah itu semakin tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup. Itu artinya penataan ruang masih terbatas berfungsi pada tataran konseptual menjamin kepastian ruang hidup, tetapi pada tataran praksis belum mampu sebagai alat kendali yang sesungguhnya.

Dalam publikasi "The Scramble for Land Rights: Reducing Inequity between Communities and Companies" oleh Laura Notess, dkk (2018) disebut bahwa dengan semakin terbukanya persaingan penguasaan tanah, telah mendorong usaha swasta besar masuk ke wilayah kelola masyarakat pedesaan. Rakyat miskin, walaupun tanahnya menjadi sumber utama ekonomi keluarga, karena mahal memperoleh sertifikat/legalitas serta produktivitas tanah yang terus menurun termasuk akibat hilangnya sumber-sumber air pertanian, terpaksa melepas tanah leluhur mereka. Dalam waktu yang sama, perusahaan kaya dengan koneksi politik yang kuat, cepat memperoleh dan mengamankan hak-hak atas tanah yang sama.

Pertanyaannya, bagaimana strategi politik untuk menguatkan dan melindungi hak-hak petani atas lahan-lahan pangan, sekaligus jaminan lingkungan hidup yang dapat menjaga sumber-sumber air pertanian serta infrastruktur ekonomi yang memungkinkan keuntungan layak dapat diterima petani? Dalam tinjauan ini, kinerja penataan ruang nasional harus dapat dicerminkan oleh kepastian ruang hidup di tingkat lokal. Itu berarti juga terkait dengan persoalan birokrasi perizinan serta korupsi pemanfaatan SDA yang menjadi akar persoalan pelanggaran tata ruang.

PENUTUP

Agar pendekatan ekosistem dapat dijalankan, selain diperlukan strategi transformasi pembangunan sektoral, juga diperlukan kemauan politik untuk meminimumkan terjadinya trade off yang, pada lingkup pembahasan ini, berujung pada hilangnya perlindungan bagi warga petani untuk mempertahankan lahan sumber pangan. Itu berarti diperlukan pula inovasi untuk memperbaiki fungsi dan tugas lembaga-lembaga pemerintahan yang kini umumnya memiliki pola pikir kurang mendukung dijalankannya pendekatan ekosistem itu ●

/span>

27.2.16

Sampah Daun Di Kebonrojo Dimanfaatkan Sebagai Pupuk Kompos

Sampah Daun Di Kebonrojo Dimanfaatkan Sebagai Pupuk Kompos

BLITAR - Bagi penduduk yg berkunjung ke Taman Wisata Kebonrojo waktu ini bakal menemukan enam bangunan baru berbentuk buah seperti apel. Bangunan itu yakni komposter yg difungsikan buat menampung sampah daun. Tiap-tiap komposter dapat menampung sampah 1 sampai 2 ton.
/span>

29.12.15

Antisipasi Kekeringan, Pemkot Blitar Galakkan Gerakan Menabung Air

Antisipasi Kekeringan, Pemkot Blitar Galakkan Gerakan Menabung Air

BLITAR - Sebagai dampak kemarau panjang, beberapa bulan lalu beberapa sumber air seperti sungai dan sumur warga Kota Blitar mengalami kekeringan. Agar hal itu tidak terjadi lagi pada musim kemarau berikutnya, Pemkot Blitar melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) akan menelorkan program “Gerakan Menabung Air” tahun 2016. Demikian diungkapkan Pande Ketut Suryadi, SH Kepala BLH Kota Blitar pada Sabtu (26/12).
/span>

5.9.15

Sosialisasi Bank Sampah K-ranjang Mas

 Tadi malam Tim Bank Sampah K-ranjang mas kembali melakukan sosialisasi tentang bank sampah sekaligus menjaring calon nasabah yang bersedia menabung di bank Sampah Kelurahan Klampok tersebut. Sosialisasi dilaksanakan dengan mendompleng kegiatan rapat RT setempat yakni RT 1/1, teptnya di rumah bapak Supra jln Rote Timur.
/span>

7.4.15

Volume Sampah Naik, Menandakan Kesadaran Masyarakat Meningkat

Volume Sampah Naik, Menandakan Kesadaran Masyarakat Meningkat

Meskipun tidak bisa menyebutkan prosentase kenaikan, Pande Ketut Suryadi, SH selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Blitar  memastikan bahwa sebelumnya volume sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Blitar perhari dibawah 275 m3 (kubik). Tahun ini mengalami kenaikan, diprediksi karena kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya tinggi.

/span>